Header Ads

Sholat Lima


SHOLAT LIMA خَمْسُ صَلَوَاتٍ (WAKTU) 


Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا} [الإسراء: 78]

"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir (dzuhur dan ashar) sampai gelap malam (magrib dan isya) dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." [QS. Al Israa’ 17:78]
     Sholat Lima (waktu) adalah sholat wajib yang pertama kali diperintahkan, meskipun dalam kajiannya ada perbedaan pendapat bahwa sholat malamlah yang pertama kali diwajibkan, namun sudah dimanshuh menjadi sunnah hukumnya. Jadi sholat Limalah sholat yang pertama kali diwajibkan.
Pembahasan ini agar memahami apa itu sholat Lima yang dikenal dengan sholat Lima waktu. Perlu diperhatikan karena kedepannya merupakan kunci pemahaman dalam masalah sholat Dhuhur dan sholat Jum'at.

SEJARAH SHOLAT LIMA

     Banyak riwayat hadits yang menerangkan sejarah diwajibkannya sholat Lima. Jika membahas sejarah diwajibkannya sholat Lima, kita tidak bisa lepas dari peristiwa Isro' Mi'roj. Dimana ketika Rosululloh saw. Mi'roj, beliau melewati 7 pintu langit dimana di setiap langit beliau bertemu dengan Malaikat penjaga langit dan ruh para Nabi dan Rosul terdahulu, yang paling harus kita fokuskan adalah langit ke 6 di mana Beliau bertemu ruh nabi Musa as. (disinilah kunci memahami sholat Lima). setelah melewati langit ke 7, beliau melewati Sidrotul Muntoha dan sampailah di Al Arsy. sesampainya disana Rosululloh berhadapan langsung dengan Alloh swt.. namun masih tertutup semacam kabut untuk hijab wujud Alloh yang maha suci.
     Di sinilah Rosululloh saw. menerima perintah sholat 50 dalam sehari semalam, kemudian Beliau turun, namun sampai di langit ke 6 nabi Musa as. meminta untuk kembali ke Al Arsy untuk meminta keringanan, Rosululloh naik turun untuk meminta keringanan sholat menjadi 40,30,20,10, dan 5. Namun nabi Musa as. masih meminta Rosululloh untuk meminta keringanan, karena secara fisik umat Rosululloh lebih kecil dan lemah dibanding umat nabi Musa as. Umat nabi Musa as. yang secara fisik bertubuh kekar hanya mendapat perintah sholat 2 waktu dan itupun tidak sanggup apalagi umat Rosululloh. itulah pertimbangan nabi Musa karena sholat 5 (Waktu) terlalu berat bagi umat nabi Muhammad saw. namun Rosululloh merasa malu untuk meminta keringanan lagi. Ditengah perbincangan kedua Rosul itu, tiba - tiba Alloh S.W.T bersabda "yaa Muhammad layul badalu qolu laa daya..." yang artinya "wahai Muhammad Tidak ada perubahan / Pengganti ketetapan disisiku..." dan selanjutnya yang sering kita kenal sholat 5 bagimu sholat 50 juga bagimu. Mendengar keputusan dan ketetapan Alloh bahwa SHOLAT LIMA TIDAK AKAN DIUBAH, maka nabi Musa A.S. mempersilahkan Rosululloh S.A.W. untuk turun ke bumi membawa syariat sholat Lima yang biasa disebut sholat Lima Waktu. (lihat Hadist Shahih Bukhari No. 211 Jilid I)

عَنْ اَنَسِ بْنَ مَالِكٍ رض قَالَ: فُرِضَتْ عَلَى النَّبِيّ ص الصَّلَوَاتُ لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِهِ خَمْسِيْنَ، ثُمَّ نُقِصَتْ حَتَّى جُعِلَتْ خَمْسًا. ثُمَّ نُوْدِيَ: يَا مُحَمَّدُ اِنَّهُ لاَ يُبَدَّلُ اْلقَوْلُ لَدَيَّ وَ اِنَّ لَكَ بِهذِهِ اْلخَمْسِ خَمْسِيْنَ. احمد و النسائى و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 1: 334

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

Anas bin Malik Rodhiyallahuanhu, beliau mengatakan; "Diwajibkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam 50 (kali) shalat pada malam isra. Kemudian dikurangi hingga tinggal lima (waktu), Kemudian beliau dipanggil, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya ketetapan-Ku tidak akan berubah. Dari shalat lima waktu ini, engkau mendapatkan pahala 50." (HR. Ahmad, Bukhari, Turmudzi dan yang lainnya)

     Tidak berhenti disitu, setelah turun dari Mi'roj, Rosululloh dibimbing malaikat Jibril sebagai Imam dan Rosululloh sebagai makmumnya untuk mengerjakan sholat Lima (Subuh, Dhuhur Ashar, Maghrib, dan Isya) selama dua hari berturut - turut, hari pertama mengerjakan di awal waktu, hari kedua di akhir waktu dan Jibril berkata waktu sholat Lima adalah diantara waktu - waktu tersebut. Karena itulah pemahaman yang paling kuat sholat Lima adalah sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya bukan sholat lainnya termasuk sholat Jum'at.
    Pemahaman sholat Lima ini sangat penting karena penulis melihat masalah ini bisa mempengaruhi hukum dari sholat lain dalam turunan hukum fikihnya. pemahaman sholat Lima saat ini ada beberapa yang menurut penulis perlu dikaji ulang dan diluruskan. pemahaman yang perlu diluruskan itu adalah anggapan bahwa sholat Lima (yang tidak akan diubah) adalah JUMLAH sholat bukan JENIS sholat. yang artinya menganggap Alloh mewajibkan Muslim untuk sholat apapun yang hukumnya wajib sebanyak lima kali, dengan kata lain menganggap sholat lima adalah jumlah sholat. Padahal jika dianalisa tidaklah tepat, kewajiban yang menyangkut sholat lima adalah tidak lain adalah sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya, dan tidak membahas tentang sholat lain. sholat Jum'at bukanlah sholat Lima dan sholat Ied (Fitri dan Adha) juga bukan merupakan sholat Lima, sholat Jenazah juga bukan sholat lima.
     Mengapa pemahaman sholat Lima (waktu) harus di tekankan, karena kesalahpahaman menganggap JUMLAH mengakibatkan kesimpulan hukum:
  1. Jum'at mengganti Dhuhur (tidak boleh sholat Dhuhur di hari Jum'at)
  2. Dan mengakibatkan pula hukum sholat Ied dianggap Sunnah, agar jumlah sholat wajib di hari itu tidak lebih tidak kurang dari Lima kali sholat fardhu.
Pendapat 2 hal diatas dikarenakan menganggap perintah sholat Lima itu permasalahan Jumlah bukan Jenis, sehingga Perintah sholat Lima (Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya) dianggap Perintah sholat fardhu berjumlah lima.

CATATAN :
  1. Sholat Lima (Lima waktu) adalah sholat wajib yang SETIAP HARI dikerjakan
  2. Lima disini adalah Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya dan bukan sholat lainnya
  3. Sholat Lima adalah keputusan dan ketetapan Alloh yang tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh diganti dan tidak boleh ditinggalkan.
  4. Sholat Lima adalah Jenis sholat wajib, dan bukanlah Jumlah sholat yang harus dikerjakan. Sholat Lima disini adalah Jenis sholat namun banyak muslim yang menyalah artikan bahwa Lima disini adalah Jumlah, sehingga Jum'at mengganti Dhuhur dan Hukum sholat Iedain menjadi sunnah agar di hari itu tidak ada sholat wajib Enam kali.
  5. Alloh maha pemberi petunjuk, walaupun Jum'at dianggap mengganti Dhuhur dan Iedain dianggap sunnah masih ada sholat Jenazah yang hukumnya wajib sehingga bagaimanapun sholat wajib SEBANYAK 6x bisa saja terjadi, dan itu tidak melanggar ketetapan Alloh. Justru dengan MENINGGALKAN DHUHURlah yang menyalahi ketetapan Alloh mengenai sholat Lima, karena hanya akan sholat Empat. Dengan adanya sholat Jenazah tersebut menjadikan seseorang sangat mungkin untuk sholat 6x dalam sehari semalam, ini adalah bukti bahwa sholat Lima (waktu) bukanlah JUMLAH.
  6. Benarkah sholat Lima BOLEH diganti dengan sholat Jum'at? Siapa yang melakukan atau memerintahkan ini?
Sholat Lima (waktu) adalah ketetapan yang tidak bisa diubah, namun pemehaman sholat Lima (waktu) itu apa sepertinya terdapat perbedaan pemahaman, dalam pembahasan selanjutnya penulis memaparkan pemahaman istilah sholat Lima (waktu)

Tambahan:
Dalam Al Qur’an tidak ditemukan Allah membuat keputusan yang berubah-ubah, hanya ada beberapa ayat yang turunnya bertahap untuk menetapkan hukum atau aturan hidup.

QS Qaaf 50: 29
Artinya: "Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan aku sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Ku".

QS Al Israa’ 17: 77 Artinya
"(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu".
dijelaskan tidak adanya perubahan dalam suatu ketetapan yang diwahyukan kepada Rasulullah.

Dari Abu Qatadah bin Rib’i r.a., Rosulullah saw. bersabda bahwa Alloh Swt. berfirman, “Sesungguhya Aku telah mewajibkan shalat lima waktu kepada umatmu. Dan Aku telah berjanji pada diri-Ku, bahwa barangsiapa yang menjaga shalat pada waktunya, niscaya akan Aku masukkan ke dalam surga dengan jaminan-Ku. Dan barangsiapa yang tidak menjaga shalatnya, maka Aku tidak memberi jaminan baginya.” (Hr. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Dan semua Muslim tahu tentang ketetapan sholat Lima (waktu) tidak bisa diganggu gugat, tetapi kenapa berubah ketika Jum'at? Kenapa Dhuhur diganti Jum'at dan sejak kapan? Apakah sholat Jum'at termasuk salah satu anggota sholat lima waktu? Jika sholat 5 waktu adalah subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya bukankah di hari Jum'at dengan hilangnya Dhuhur hanya melaksanakan sholat empat waktu. Siapa yang merubah ketetapan Alloh ini?

Hadist Shahih Bukhari No. 211 Jilid I
Berita dari Anas bin Malik r.a mengatakan, “Abu Dzar pernah bercerita, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Pada suatu waktu ketika aku berada di Mekah, tiba-tiba atap rumahku dibuka orang. Maka turunlah Jibril, lalu dibedahnya dadaku, kemudian dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu dibawanya sebuah bejana emas penuh hikmat dan iman, lalu dituangkan kedadaku, dan sesudah itu dadaku dipertautkan kembali. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan sembahyang lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Sembahyang lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencuba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu sembahyang dari baginda. Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu sembahyang dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sembahyang fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu sembahyang fardu sama dengan lima puluh sembahyang fardu. Begitu juga sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. Kemudian Jibril membawaku hingga ke Sidratul Muntaha. Tempat mana ditutup dengan aneka warna yang aku tak tau warna-warna apa namanya. Sesudah itu aku dibawa masuk ke dalam surga, dimana didalamnya terdapat mutiara bersusun-susun sedang buminya bagaikan kasturi.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Pada malam Isra’ (ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dinaikkan ke langit) diwajibkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat lima puluh waktu. Lalu dikurangi hingga menjadi lima waktu. Kemudian beliau diseru, ‘Hai Muhammad, sesungguhnya keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah. Dan sesungguhnya bagimu (pahala) lima ini seperti (pahala) lima puluh’.”
Muttafaq ‘alaihi: [Sunan at-Tirmidzi (I/137 no. 213)], secara ringkas. Dan diriwayatkan secara panjang dalam Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (VII/201 no. 3887), Shahiih Muslim (I/145 no. 259), serta Sunan an-Nasa-i (I/217).

     Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi Jibril Alaihissallam lalu ia berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bangun dan shalatlah!” Maka beliau shalat Zhuhur ketika matahari telah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat ‘Ashar ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Maghrib dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Maghrib ketika matahari telah terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya saat ‘Isya’ dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Isya’ ketika merah senja telah hilang. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Shubuh dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Shubuh ketika muncul fajar, atau Jabir berkata, “Ketika terbit fajar.”
     Keesokan harinya Jibril kembali mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat Zhuhur dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Zhuhur ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Ashar ketika panjang bayangan semua benda dua kali panjang aslinya. Kemudian dia mendatanginya saat Maghrib pada waktu yang sama dengan kemarin dan tidak berubah. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Isya’ ketika pertengahan malam telah berlalu -atau Jibril mengatakan, sepertiga malam,- lalu beliau shalat ‘Isya’. Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat hari sudah sangat terang dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Shubuh kemudian berkata, ‘Di antara dua waktu tersebut adalah waktu shalat.’”
Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90), Sunan an-Nasa-i (I/263), dan Sunan at-Tirmidzi (1/101 no. 150), dengan lafazh serupa.
At-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma’il al-Bukhari) berkata, “Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.”

No comments

Powered by Blogger.